Hari masih cukup pagi. ketika itu sekitar tahun 1984. Sudah lama ya? Syukurlah, penulis masih ingat akan peristiwa itu. Bagi kebanyakan orang memang tak seberapa menarik, namun bagiku, ini cukup penting.
Ini memang hanya sebuah perjalanan. Bahkan belum diketahui, apa sebenarnya tujuan dari perjalanan itu. Hanya saja, ada kata-kata dari Bapak Djou Bolly Lama Tokan Yohanes, bahwa ini untuk To'i Lewo.
Artinya, mengunjungi pemukiman penduduk. Beda dengan kunjungan para pejabat yang menggunakan mobil atau kendaraan apapun juga untuk mencapai tujuan, rombongan yang dipimpin Djou Bolly yang lebih akrab disapa Ama Rou, hanya berjalan kaki.
Rombongan hanya berjalan kaki dari Desa Watoone nan sepi menuju Kiwang One yang merupakan perbatasan apa yang disebut kebanyakan Orang Adonara sebaghai tapal batas. Maksudnya, tapal batas antara Demo dan Padji.
Mengenai hal ini terlalu banyak dibahas, karena itu, penulis kembali kepada soal perjalanan. Setelah sampai di Kiwang One, rombongan berjalan kaki menuju desa yang letaknya mungkin paling tinggi di Pulau Adonara yakni Lama Lota
Namun ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa desa paling tinggi yakni Lama Dokend. Namun sejauh ini belum ada kepastian secara ilmiah mengenai hal itu. Karena memang belum ada yang khusus mengukur mengenai berapa sebenarnya tinggi masing-masing kampung tersebut.
Pada dasarnya, rombongan hendak mengunjungi setiap desa di Adonara yang mendapat predikat sebagai Lewo Mur'en. Lewo Mur'en dapat diartikan sebagai kampun yang sebenarnya, kampung asli, atau kampung asal dari setiap penghuni Pulau Adonara saat ini.
Entah mengapa sejumlah desa yang bakal dipaparkan ini menyandang predikat yang demikian, mungkin membutuhkan tempat untuk penjelasan tersendiri.
namun untuk sementara, penulis ingin memberi gambaran mengenai Lama Lota.
Ada yang mengatakan bahwa Lama Lota merupakan kampung yang letaknya paling tinggi di Pulau Adonara. Dari Lama Lota, apalagi di kampung tua, kawah Gunung Boleng tampak rata. Artinya, kampung ini sebenarnya sudah berada di sekitar kawasan Kawah Gunung Boleng
Bagaimana cerita selanjutnya? Ikuti blog ini bro.....!
yeah... perjalanan, mungkin, akan selalu menuntun siapa pun untuk menempuh, mencapai, memperoleh, jejak langkahnya... jangan pernah berhenti... karena setiap jejak berarti sebuah tanda bagi langkah menuju perjalanan abadi...
BalasHapusMas Kopong, bagiku, sosok pria "semaunya" yang selalu meninggalkan jejak membanggakan dari setiap langkahnya...
SALAM HORMAT n SEJAHTERA
Kawan Lama di Pulau Seberang