Total Tayangan Halaman

Jumat, 05 Oktober 2012

Aku, Aku, dan Aku......

Banyak pesan indah tertahan di tengah jalan, dikangkangi dan tak sampai alamat. Setelah sy merenungkan, ternyata bukan soal bahasa pengantar melainkans soal hati. Kekerasan hatilah yang menimbulkan segala gejolak. Kekerasan hatilah yang menutup segala jalan, termasuk pesan damai. Egoisme pemikiran, egoisme hati, egoisme-egoisme lain-lainnya yang telah membuat sekat yang kian hari kian tebal. Dan pada suatu waktu, sekat itu begitu tebal, sampai-sampai suaramu yang berteriak di balik sekat, tak sanggup terdengar sama sekali. Ketika kita memiliki sedikit saja kepekaan rasa, kita akan menyadari bahwa engkau dan aku sebenarnya hanya beda dari sisi fisik. Namun secara nurani kita berasal dari Sumber yang sama. Citra-Nya. Bertahun-tahun, kita belajar utk saling mengenal, bahkan mungkin hanya lewat jejaring sosial. Tapi bukan tak mungkin, perkenalan yang bisa saja penuh basa-basi ini jauh lebih bermutu, ketimbang perjumpaan langsung yang sesaat namun berbalut kemunafikan. Mari kita tanam dalam hati ini, sebuah rasa yang agung, yang mengatasi rasa suka dan tak suka. Kita bangun bangunan persahabatan yang mengatasi sekadar rasa yang dangkal itu. Melainkan, sebuah sambungan nurani yang menerbitkan pencerahan baru....dan menapak pada jalan kehidupan yang memberi pengertian bahwa, sebenarnya engkau dan aku adalah saudara, hanya dengan banggga kita harus mengakui, bahwa ternyata kita belum saling mengerti satu sama lain. Kita juga masih berselimut ego yang begitu tebalnya, setebal muka kita yang tak lagi punya rasa malu, meskipun kita memakan apa yang bukan hak kita, menduduki apa yang bukan milik kita, merampasi orang tak berdaya, dan menimbulkan kerusakan di mana-mana dan dengan pongahnya menyatakan bahwa kita menang karena kita benar. Sahabat dan saudaraku, kebenaran tak sedangkal itu. Kebenaran itu menyaring pelan-pelan dan halus. Hari ini engkau bolehlah tertawa, tetapi apakah itu juga jadi jaminan untuk hari esok? Kalau engkau bukan orang beragama, paling tidak engkau mendaptkan sedikit pelajaran dari adat istiadat. Jadi meskipun tak tahu seluruhnya, sy pikir anda cukup paham konsekuensi dari tindakan anda. Kita boleh saja berdalih banyak hal utk membenarkan diri, tapi apa yang tersembunyi dalam hati kita (Kalaupun mudah-mudahan masih punya hati ya). tentu akan membeberkan secara benderang... Bunda Maria, di ujung perjalanan yang kian gelap gulita ini, semoga berkat doamu, janganlah mengizinkan Tangan Putera-Mu jatuh ke atas negeriku, khususnya tanahku yang kini tengah bersimbah darah Terpujilah namamu....Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar