oleh: Bernadus Kopong Gana
Daunnya melengkung nyaris menyentuh tanah, anak-anak Lewo Tanah bergelantungan pada ujungnya. Kemudian tampak seorang paru baya. Dengan sorot mata penuh kedamaian menatap anak-anak yang sulit diatur itu.
Yang mengherankan, anak-anak yang tadinya asyik bergelantungan di pucuk Asam yang tangkainya nyaris menyentuh tanah, langsung menghentikan aksinya. Mereka langsung menatap kepada bapak yang masih cukup muda itu.
Dan dengan pandangan menyesal, mereka langsung datang mendekati bapak yang masih muda itu, menjabat tangannya dan mencium tangannya.
Bapak itu tak marah sama sekali akan kelakuan anak-anak yang baru mau tumbuh besar itu. Namun tatapannya yang penuh wibawa, seakan mengguncang hati mereka. Maka bagai dikomando, mereka langsung minta maaf dan berlaku sopan.
Inilah salah satu bagian kecil dari suasana di kampung halamanku nun jauh di sana. Kerinduan di dada terasa kian tak terbendung. Kadang aku mempersalahkan diriku sendiri, karena betapa banyaknya alasan yang kubuat untuk membenarkan diri,agar belum bisa pulang ke kampung untuk bersua dengan sanak kerabat, meski semua alasan yang tampaknya dibuat-buat itu memang cukup cocok dengan fakta hidup yang ada.
Di bawah pohon asam inilah kami senantiasa sering berkumpul. Tua muda, laki wanita, bahkan anak-anak. Kami berkumpul dan bersenda gurau termasuk berbagi air mata, bahkan sampai tak mengenal waktu maupun rasa lapar. Kami makan dari Koda dan menu dari kiri, yang membuat kami tumbuh menjadi besar...dalam ketabahan akan derita hidup ini, dalam keindahan karya tangan Sang Pencipta dan dalam kedamaian yang diwartakan Putra Allah Penebus Dunia. Kami bertekad membangun kedamaian itu dari sini. Kedamaian yang terus bertumbuh dan berkembang hingga ke ujung-ujung bumi, melalui koda dasar dan asli. Damai Sejati, Damai yang Kekal Abadi. Damai yang akan mempersatukan seluruh umat manusia menjadi ibu dan bapak, kakak dan adik, tua maupun muda. Manakala yang muda menghormati yang tua dan yang tua merangkul yang muda, kemudian yang tua maupun yang muda bersatu hati berpadu jiwa mengabdi kepada yang telah tiada namun senantiasa ada.
Di bawah naungan Tobi Puken inilah, perdamaian itu akan dibangun dan diletakan dasarnya, Damai Abadi, PERDAMAIAN MUTLAK.
Batas Hutan, Sandubaya, Cakranegara, Kota Mataram, 12 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar