Total Tayangan Halaman

Rabu, 06 Februari 2013

IMAM, IMAN, HATI

Terbetik kabar tak sedap. Katanya, mantan suster dibunuh bersama dua anaknya yang masih kecil. Yang membunuh adalah pastor yang menghamilinya dan akhirnya melahirkan dua orang anak. Tidak hanya dua anak yang dibunuh, mantan suster itu pun dihabisi dan dimakamkan dalam satu lubang. Harimau pun tak makan anaknya sendiri. Namun manusia bisa juga "makan" darah dagingnya sendiri dan ironis sekali ini dilakukan seseorang yang memiliki tingkat keimanan di atas rata-rata masyarakat biasa. Apa gerangan yang terjadi ini? Jangan lupa, bahwa ini bukan kejadian kemarin dua hari lalu melainkan sudah bertahun-tahun. Konon, masalah ini terbongkar setelah mantan pastor itu "ribut" besar dengan simpanannya yang lain lagi. Informasi tambahan, kasus ini terungkap setelah adanya ritual yang digelar di kampung asal mantan suster yang dihabisi mantan pastor beserta dua anak mereka. Istilahnya "gere dai". Keluarga yang kebingunan karena tak ada kabar dari anaknya yang suster pun bertanya-tanya dimana gerangan anak mereka. Namun dengan lincah sang mantan pastor menjawab, ''Dia sedang tugas belajar di Roma.'' Yang patut dipertanyakan, dimanakah para atasan sang pastor ketika masalah ini terjadi? Kami umat ini memandang sedemikian sakral mimbar gereja, bahkan mendekati tempat ini pun serasa tak pantas. Berjabat tangan dengan sang pastor, ingin rasanya mencium tangan itu, karena dalam hati, dia bukan lagi manusia biasa, melainkan wakil Kristus yang nyata di dunia. Ketika terjadi peristiwa ini, imanku berontak menggugat aku, inikah wakil Kristus itu? Wakil Kristus macam apakah yang dengan darah dingin menghabisi tiga nyawa, dua diantaranya darah dagingnya sendiri? Maaf, aku tak mau mengadili orang, aku hanya katakan, semua ini sungguh tak bisa diterima, tak hanya akal, apalagi hati. Tolonglah anda-anda semua yang telah "dilantik" jadi wakil Kristus, jangan nodai jabatan itu. Atau sekurang-kurangnya, jangan membuat kami ragu akan iman kami. Karena tindakan seperti ini, secara fisik hanya menghilangkan tiga nyawa, tapi secara rohani, akan sangat mungkin menghilangkan banyak sekali nyawa.... Tolonglah....tolonglah....kami ini umat, iman kami tak sekuat imanmu. Kelakuan kami tak sebagus kelakuanmu. Akhlak kami tak semulia akhlakmu. Jadi jangan ajar kami utk menjadi lebih jahat dari engkau. Kami berusaha untuk tidak menjadi pembunuh, tapi menyaksikan kebejatan yang sungguh mengerikan ini, rasanya cukup layak jika aku tak mau menghabisimu secara cepat, karena itu terlampau ringan bagimu. Aku ingin mencabut satu per satu gigimu, kukumu, mencopot kakimu satu per satu. Mencungkil seluruh perangkat tubuhmu satu per satu. Dan seterusnya. Tapi sepertinya itu pun belum membuat aku puas sama sekali. Akhirnya aku berpikir, ada baiknya jika aku tak perlu serupa apalagi sama dengan engkau sang pembunuh berdarah dingin. Jika aku mengikuti kehendak hatiku dan menjadikan engkau senibo' maka tampak secara samar-samar, aku hampir tak ada bedanya dengan engkau. Kalau begitu, di sudut kehidupan ini, dengan segenap hati, aku persemabahkan kepada Dia Yang Mahatahu, Yang Berkuasa Atas Segalanya. Biarlah Dia yang akan bertindak, karena itulah yang terbaik.....Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar